Tak banyak yang kuingat tentang masa kecilku, hanya seonggok kenangan manis bersama keluarga dan teman-teman kecil tercinta.
Abah Ibu selalu menuruti semua yang aku minta, tapi selalu ada syaratnya. Seperti, harus shalat subuh ketika aku mengajukan proposal ingin tas baru (karena aku susah bangun subuh kali ya. He...) atau harus mandi sore terlebih dahulu kalau aku ingin dibelikan ice cream (He... ini juga karena aku malas mandi sore. Sssttt... jangan kasih tau siapa-siapa ya....)
Permainan yang paling aku sukai adalah masak-masakan. Tak sedikit tanaman abah yang kupotong-potong karena kuibaratkan sayur, dan tanah di halaman rumah yang ku keruk karena kuibaratkan nasi. Mungkin terdengar aneh, namun itulah anak-anak, penuh imajinasi.
Ibu pernah melarang aku bermain masak-masakan lagi karena baju yang aku pakai kerapkali kotor, seketika aku murung dan hendak meneteskan air mata. Namun... abah datang bak sunrise di ufuk timur. Dengan lembut abah menggendongku dan mengajakku ke halaman belakang rumah seraya berkata "Abah punya hadiah buat Fifi". Wajahku yang mendung seketika cerah kembali melihat sebuah hadiah yang diberikan abah. Kompor minyak tanah kecil yang dibuat dari kaleng susu khas buatan Abah.
"Hore... Sekarang Fifi bisa masak beneran, bukan masak-masakan lagi!!!" Teriakku sambil melompat dari gendongan ayah.
Abahku sang penghapus air mataku... I love U Abah... ^_^
Abah sosok yang selalu mengajarkan tegar, Abah tak mau melihatku menangis apalagi sampai pundung tak karuan. Beliau selalu mengajarkanku untuk menjadi akhwat tangguh yang tak gampang menangis dan putus asa.